Ringkasan Isi
Studi tentang pernikahan ini membahas lima mata rantai utama dalam hubungan suami istri: komunikasi, kecocokan, kasih, pengertian, dan akhirnya dimensi fisik. Setiap mata rantai berperan penting untuk menjaga dan mengembangkan kesatuan dalam pernikahan yang kudus. Komunikasi adalah alat menjaga keutuhan, memungkinkan pasangan untuk bertumbuh bersama. Kecocokan menunjukkan adanya kesatuan, dan kasih Kristus (agape) menjadi dorongan utama dalam membina hubungan yang kokoh. Tanpa kasih ilahi ini, usaha manusia untuk mencapai hubungan sempurna tidaklah cukup.
Pengertian adalah proses tumbuh bersama dalam kesatuan, membantu pasangan saling memahami dalam segala aspek termasuk perbedaan biologis, masa lalu, dan kebutuhan akan harga diri. Pemahaman yang mendalam memerlukan komunikasi yang rentan dan berani, serta kesediaan untuk mengatasi konflik. Ini berarti mendengarkan pasangan dengan penuh perhatian, meminta bimbingan Allah untuk melihat dan mendengar pasangan dengan lebih baik.
Pentingnya memahami pasangan ditegaskan melalui ajakan untuk meresapi pertanyaan-pertanyaan yang menyentuh krisis identitas. Pertanyaan-pertanyaan dari kitab Kejadian, seperti “Dimanakah engkau?” dan “Apa yang telah engkau perbuat?” menantang kita untuk merenungkan tujuan dan posisi diri kita dalam hubungan. Dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini bersama pasangan, komunikasi mendalam dapat tercipta, dan pemahaman antara suami istri akan terbangun, membantu mereka saling mendukung sebagai individu yang unik namun terhubung dalam kesatuan.
Selanjutnya, studi ini akan beralih membahas aspek fisik dari pernikahan dengan merujuk pada Kidung Agung, menjelaskan dimensi fisik cinta dalam pernikahan dengan cara yang sakral dan menghormati ajaran Kitab Suci.