MENGAMATI DAN MEMPELAJARI
Ketika saya sedang membaca-baca di sebuah toko buku bekas, seorang pelanggan masuk ke toko itu sambil marah-marah dan dengan suara nyaring meminta uangnya dikembalikan. Tatkala pria itu tidak memperoleh apa yang diinginkannya, ia mulai menyumpahi si pramuniaga. Selama beberapa menit semburan amarahnya masih berlanjut, sementara seorang gadis kecil berusia 7 atau 8 tahun berdiri mematung di sampingnya. Akhirnya pria itu menghentakkan kakinya keluar dari toko dan memaki-maki seraya pergi, dengan diikuti gadis kecil tadi di belakangnya.
Hati saya bertanya-tanya apakah gadis itu anaknya. Jika benar, apa yang ia pelajari siang itu dari ayahnya? Terlebih penting lagi, kejadian itu membuat saya bertanya, "Apa yang anak saya pelajari dari diri saya ketika berada di rumah dan di mana saja tatkala kami bepergian bersama-sama?" Ia jauh lebih banyak belajar dengan mengamati perilaku saya daripada dengan mendengarkan perkataan saya tentang kehidupan dan Allah.
"Bapa-bapa," Alkitab berkata, "janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4). Ini mengingatkan saya akan hubungan saya dengan Kristus dan teladan yang saya perlihatkan di hadapan anak-anak. Hanya dengan tunduk pada didikan dan perintah Allah, saya dapat mendidik anak-anak saya dalam jalan-Nya.
Ada banyak anak mengamati kita hari ini, untuk menentukan apa yang akan ia percayai tentang kehidupan dan Allah. Apa yang sedang mereka pelajari dari diri kita? DCM
Now written word nor spoken plea
Can teach young hearts what they should be,
Nor all the books upon the shelves,
But what the teachers are themselves. -- Bennett