MENUAI YANG DITABUR
Banyak di antara kita yang merasa terganggu dengan ketidakadilan yang kita saksikan dalam kehidupan. Orang-orang yang berprinsip tidak jujur, dan menyangkal Allah justru seringkali hidup dalam kemakmuran. Akan tetapi, Anda perlu meyakini bahwa "Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7). Prinsip ini digambarkan dalam The Gray and Adams Commentary (Komentar Gray dan Adams).
"Kaisar Charlemagne ingin memmasang sebuah lonceng besar pada gereja yang dibangunnya. Seorang seniman bernama Tancho diperintahkan oleh pihak gereja untuk membuat lonceng tersebut. Untuk itu Tancho minta agar disediakan sejumlah besar tembaga dan 50 kg. perak sebagai bahan bakunya. Akan tetapi ia menyimpan bahan-bahan itu untuk kepentingannya sendiri, dan menggantinya dengan timah yang kadar kemurniannya cukup baik. Ketika pekerjaannya sudah selesai, ia mempersembahkan lonceng itu ke hadapan Kaisar yang kemudian memerintahkan agar lonceng tersebut dipasang di menara gereja. Namun, orang-orang tak dapat membunyikan lonceng itu hingga Tancho sendiri dipanggil untuk membunyikannya. Tetapi ia menarik lonceng itu terlalu keras sehingga bandul lonceng itu jatuh menimpa dirinya, dan ia pun tewas."
Kematian pembuat lonceng itu mengingatkan saya pada Firman Allah dalam Mazmur 7:17, "Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya."
Cepat atau lambat kita akan menuai apa yang kita tabur. Dan kita tidak perlu takut bila kita menabur kebajikan [RWD]
We're always sowing seeds in life
In everything we do and say
And we will surely reap the fruit
Of what we're planting every day. -- Hess