PERTAPA DI ATAS TIANG
Bacaan: Amsal 2:1-9
Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya
Sepanjang sejarah, sebagian orang telah berbuat salah dengan terlalu menekankan unsur tertentu dari kebenaran, dan mengabaikan yang lain. Hal ini mengakibatkan terjadinya tindakan-tindakan yang tidak masuk akal.
Sebagai contoh, beberapa orang menerima secara ekstrim perintah Rasul Paulus untuk memisahkan diri dari dunia dan menyakiti tubuh mereka (Roma 12:2; Galatia 5:24). Simeon Stylites, seorang rahib pada abad kelima, setelah dikubur sebatas leher dalam tanah selama beberapa bulan, memutuskan untuk mengejar kesalehan dengan hidup di puncak sebuah tiang. Ia menghabiskan 30 tahun hidup di sana.
Seorang "suci" lainnya mencoba menjadi kudus dengan tidak pernah berganti pakaian ataupun mandi sejak ia menjadi pertapa.
Meskipun contoh-contoh tersebut tidak dilakukan oleh banyak orang, tetapi menggambarkan akibat yang menyedihkan dari ketidak-seimbangan pandangan akan kebenaran Kitab Suci. Hikmat yang disebutkan dalam Amsal 2 adalah hikmat yang mempertimbangkan seluruh aspek dari nasihat Firman Allah. Kehidupan yang didasarkan pada hikmat ini ditandai dengan adanya keseimbangan pandangan dan bebas dari tindakan ekstrim.
Hanya dengan mempelajari Firman Allah dengan sungguh-sungguh dan mempraktekkannya setiap hari agar lebih memahaminya dan hidup di dalamnya, barulah kita dapat menghindari perilaku ganjil seperti yang dilakukan pertapa yang duduk di atas tiang itu [MRDII]
We cannot find a safer guide to follow
Than precepts from the pages of God's Word;
Bit if we twist and misapply the Scripture,
We make its sacred teachings seem absurd. -- Hess