Media dan Keluarga 2

Ev. Sindunata Kurniawan M.K.

Televisi telah menjadi “the other parent” (orang tua lain). Televisi memiliki kekuatan membentuk realita, merancang apa yang menjadi harapan, mengarahkan perilaku, membentuk citra diri dan mendikte tentang kepentingan, pilihan serta nilai-nilai. Banyak hal yang bisa membuktikan bahwa ada kaitan antara tayangan media dengan pola perilaku manusia. Media ternyata tidak bersifat netral. Tayangan mana yang aman ditonton anak? Apa saja pengaruh buruk media televise bagi keluarga? Apa kiat-kiat untuk mengatasi pengaruh buruk media tersebut?

Televisi, sebagai media audio-visual yang mudah diakses, memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan kognisi seseorang, bahkan disebut sebagai "orangtua lain" karena dapat membentuk realita, harapan, perilaku, citra diri, serta nilai-nilai seseorang. Paparan tayangan kekerasan di televisi terbukti berkaitan dengan perilaku agresif pada manusia.

Anak-anak yang menghabiskan waktu 3,5-5 jam per hari di depan televisi, rentan terhadap berbagai pengaruh negatif, seperti gangguan perkembangan otak dan daya pikir, konsumerisme, penurunan semangat belajar, obesitas, perilaku anti-sosial, dan perkembangan seksual yang terlalu dini.

Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun dapat terpengaruh oleh televisi, seperti menjadi konsumtif, pasif, sekuler, dan kecanduan. Kehidupan keluarga juga dapat terganggu dengan televisi menjadi pengganti keintiman dan komunikasi yang berkualitas.

Untuk mengatasi dampak negatif televisi, diperlukan pembatasan waktu menonton, seleksi tayangan, puasa media, peningkatan interaksi keluarga, dan bijak dalam penggunaan gadget. Orangtua perlu mendampingi anak dalam menggunakan media dan mencari pertolongan jika diperlukan.

Penting untuk diingat bahwa relasi dan interaksi yang sehat dalam keluarga jauh lebih penting daripada media.