Penyebab Mengapa Anak Menolak Iman Kristiani

"Pdt. Dr. Paul Gunadi "

Artikel ini membahas berbagai alasan mengapa anak remaja sering kali menolak iman Kristen yang dipelajari sejak kecil. Penulis menyoroti faktor-faktor seperti kesulitan memahami ajaran secara rasional, ketidakmampuan hidup sesuai ajaran, kekecewaan terhadap pengalaman rohani, dan pengaruh hubungan dengan orang tua.

Tidak semua anak bertumbuh besar menerima iman kristiani yang kita peluk; sebagian akan menolaknya. Sudah tentu penolakan anak akan menyakitkan dan mengecewakan hati; tidak jarang, kita pun menjadi sedih sekaligus marah. Pertanyaannya adalah, mengapakah anak menolak iman kristiani dan apakah yang mesti kita perbuat bila itu terjadi pada anak kita. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan: 

1. Anak menolak karena ia tidak dapat secara rasional menerima apa yang diajarkan oleh Alkitab. 

Biasanya anak yang seperti itu adalah anak yang cerdas dan kritis; itu sebab ia tidak dapat percaya begitu saja. Ia mesti dapat memahami imannya secara rasional; jika tidak, ia akan menolaknya sebab semua yang tidak masuk akal, sulit dipercayanya. Bila inilah penyebabnya, sedapatnya ajaklah ia untuk bertukar pikiran; jangan padamkan rasa ingin tahunya. Kadang kita memadamkan rasa ingin tahunya dengan perkataan, "Kenapa kamu tidak beriman?" Atau, "Sudah, jangan banyak tanya. Percaya saja!" Perkataan-perkataan seperti itu membuat anak bukannya beriman malah berubah-pikir, "Buat apa saya memercayai sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak dapat dijelaskan secara rasional?" 

Jadi, sebaiknya berilah tanggapan positif terhadap keingintahuannya dan kejujurannya. Katakan bahwa pertanyaannya baik karena keluar dari hati yang ingin mengenal Tuhan secara lebih mendalam. Jawablah pertanyaannya sesuai dengan apa yang kita ketahui; bila kita tidak tahu jawabannya, katakanlah, "Tidak tahu." Kita dapat mengenalkannya dengan hamba Tuhan atau buku rohani yang membahas pertanyaannya. Berilah waktu untuk ia bergumul dengan pertanyaan itu. Pergumulan intelektual memerlukan waktu yang panjang untuk diselesaikan. 

Jika pada masa itu, ia menolak untuk beribadah di gereja, izinkanlah, sebab kita tidak ingin ia menjadi seorang yang munafik. Terpenting adalah, ia melihat bahwa Tuhan itu nyata – lewat kehidupan kita. Mungkin ia tidak mendapatkan jawaban seperti yang diharapkannya; mungkin ia tidak memahami semua dan masih ada pertanyaan yang belum terjawab; namun pada akhirnya ia melihat bahwa Tuhan itu ada. Ia tidak dapat memungkiri kenyataan itu sebab ia melihat bagaimana Tuhan telah memimpin hidup kita. Inilah jalan yang akan membawanya kembali kepada Tuhan. 

2. Anak menolak sebab ia tidak hidup sesuai dengan ajaran atau perintah Tuhan. 

Jauh lebih mudah bagi anak untuk menerima dan percaya pada ajaran Firman Tuhan sewaktu ia kecil, sebab pada masa itu pencobaan moral belum hadir. Pada saat ia menginjak usia remaja, barulah pencobaan-pencobaan itu datang dan ia harus menghadapinya, salah satunya adalah pencobaan seksual. Ketidakmampuannya melawan pencobaan membuatnya jatuh ke dalam dosa dan kehidupan di dalam dosa membuatnya tidak nyaman untuk menghampiri Tuhan. Pada akhirnya ia pun memilih untuk menjauh dari Tuhan. 

Sudah tentu yang seharusnya dilakukan adalah mengakui bahwa ia sedang hidup di dalam dosa dan bahwa ia tidak dapat melawan pencobaan. Dengan kata lain, yang seharusnya dilakukannya adalah terus bergumul dan tidak meninggalkan Tuhan. Namun, itu tidak dilakukannya; ia malah memilih menjauh dari Tuhan dan tidak jarang, bukannya mengakui kelemahannya, ia malah menyoroti kelemahan orang Kristen. 

Biasanya ia akan gencar menyerang orang Kristen dan bahkan para hamba Tuhan sebagai orang yang munafik. Tidak mudah untuk mengakui kelemahan dan kegagalan kita; jauh lebih mudah buat kita menuding dan menunjukkan kelemahan dan kegagalan orang. Dengan cara itu kita berkata bahwa kita tidaklah terlalu buruk; orang lain lebih buruk daripada kita. Dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya penolakannya terhadap iman kristiani bukanlah sebuah pernyataan KETIDAKPERCAYAAN terhadap Kristus, melainkan sebuah pernyataan KETIDAKMAMPUAN hidup untuk Kristus. Sebaiknya kita tidak berdebat dengannya sewaktu ia mengatakan hal yang buruk tentang sesama orang Kristen atau hamba Tuhan. Sebaliknya, akui bahwa kita semua adalah orang berdosa yang tidak selalu hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Akui pula bahwa tidak semua orang jujur dan terbuka dengan kelemahannya; dan bahwa jujur dan terbuka itu sulit. Namun terus sampaikan kepadanya bahwa Tuhan tahu segalanya tetapi karena kasih, Ia tetap menerima kita apa adanya, bahkan kita yang bergelimang dengan dosa, asal kita bersedia jujur dan terbuka kepada-Nya. Jalan untuk membawa anak kembali kepada Tuhan adalah jalan kasih karunia. 

3. Anak menolak karena ketidaksesuaian yang dilihatnya, antara apa yang dijanjikan dan apa yang dilakukan oleh Tuhan. 

Mungkin ia pernah berdoa meminta kesembuhan untuk temannya yang tengah sakit; ia percaya dengan sepenuh hati bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan dan bahwa Ia mengasihi kita serta mendengar doa kita. Ternyata Tuhan tidak meluluskan permohonannya; sebaliknya, Tuhan mengambil temannya. Kenyataan-kenyataan seperti itu membuatnya kecewa dan bingung; akhirnya, di dalam kekecewaan dan kebingungan ia pun memilih menjauh dari Tuhan. 

Sesungguhnya penolakannya bukanlah penolakan terhadap Tuhan melainkan merupakan ungkapan protes dan kemarahan atas tindakan Tuhan. Itu sebab sebagai orang tua kita harus bersikap bijak menghadapi reaksinya yang memilih menjauh dari Tuhan. Jangan salahkan dia dan jangan berikan jawaban yang menyederhanakan pergumulannya, misalkan dengan berkata, "Kamu mesti percaya pada keputusan Tuhan, sebab keputusan-Nya adalah terbaik." Sebaliknya, katakan bahwa memang kita tidak mempunyai penjelasan atas semua keputusan Tuhan; kita tidak selalu tahu alasan di belakang tindakan-Nya. Katakan, semua anak Tuhan pasti pernah mengalami kebingungan ini, sebagaimana dapat kita lihat pada kehidupan Naomi. 

4. Anak menolak iman kristianinya karena ia menolak kita, orang tuanya. 

Di dalam ketidaksempurnaan kadang kita melakukan hal-hal yang mengecewakan anak, misalkan, kita jatuh ke dalam dosa. Sewaktu anak melihatnya, kandaslah imannya sebab

selama ini kita telah menjadi figur rohani yang penting baginya. Atau, ia menyaksikan betapa tidak rukunnya relasi kita sebagai suami-istri, betapa seringnya kita konflik. Namun, kita juga sering memberikan petuah rohani kepadanya dan menyuruhnya untuk taat kepada Tuhan. Pada akhirnya, ia pun memutuskan untuk tidak memeluk iman kristianinya. 

Sebenarnya penolakannya lebih didasari atas keinginannya untuk menjauh dari kita. Karena selama ini kita telah mewakili Kristus—dan diidentikkan dengan iman kristiani—maka untuk menjauh dari kita, ia terpaksa menjauh dari Kristus. Baginya, hidup dekat dengan Kristus membangkitkan terlalu banyak memori yang tidak menyenangkan hidup dengan kita. Singkat kata, keputusannya untuk meninggalkan Tuhan merupakan upaya untuk memisahkan diri dari kita, BUKAN dari Tuhan. 

Ia membutuhkan ruang dan waktu untuk membangun relasi dengan Tuhan secara pribadi, terlepas dari kita, orang tuanya. Itu sebab tindakan yang seharusnya kita ambil adalah, bukan saja memberikannya ruang dan waktu tetapi juga mengakui bahwa selama ini kita tidak menjadi contoh yang positif baginya, dan bahwa keputusannya untuk menjauh dari Tuhan sedikit banyak dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya pada diri kita. Pada momen ini jika memungkinkan, mintalah maaf kepadanya dan katakan bahwa kita mengerti pergumulannya, yang keluar dari keperihan hatinya. 

Yohanes 14:26 mengingatkan, "Tetapi Penghibur yaitu Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." Inilah kekuatan, penghiburan, dan pengharapan kita. Roh Kudus akan mengingatkan anak kita, semua yang telah Yesus Tuhan kita katakan kepadanya dan menuntunnya kembali kepada kebenaran. 

Diambil dari: 

Nama situs: TELAGA

Alamat situs: 

https://www.telaga.org/audio/penyebab_mengapa_anak_menolak_iman_kristiani Judul artikel: Penyebab Mengapa Anak Menolak Iman Kristiani 

Penulis artikel: Pdt. Dr. Paul Gunadi

 

Artikel ini membahas tentang penyebab anak menolak iman Kristen dan apa yang dapat orang tua lakukan. Penolakan anak terhadap iman Kristen bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

  • Ketidakmampuan menerima ajaran Alkitab secara rasional. Anak yang cerdas dan kritis mungkin membutuhkan penjelasan yang logis dan masuk akal. Orang tua perlu mengajaknya berdiskusi, menjawab pertanyaannya dengan jujur, dan memberikannya waktu untuk bergumul.
  • Ketidakmampuan hidup sesuai ajaran Kristen. Pencobaan, terutama di masa remaja, bisa membuat anak jatuh ke dalam dosa dan merasa tidak nyaman untuk mendekat kepada Tuhan. Orang tua perlu menekankan kasih karunia Tuhan dan bahwa Tuhan menerima kita apa adanya.
  • Kekecewaan terhadap Tuhan. Anak mungkin mempertanyakan mengapa Tuhan tidak mengabulkan doanya atau membiarkan hal buruk terjadi. Orang tua perlu berempati dan mengakui bahwa kita tidak selalu tahu alasan di balik tindakan Tuhan.
  • Penolakan terhadap orang tua. Anak yang memiliki pengalaman buruk dengan orang tua, seperti menyaksikan konflik atau kemunafikan, bisa jadi mengaitkan hal tersebut dengan iman Kristen. Orang tua perlu introspeksi, meminta maaf, dan memberikan ruang bagi anak untuk membangun relasi dengan Tuhan secara pribadi.

Pada akhirnya, Roh Kudus-lah yang akan mengingatkan dan menuntun anak kembali kepada kebenaran. Orang tua perlu terus mengasihi, berdoa, dan memberikan teladan hidup Kristen yang baik.

Deskripsi

Artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang tantangan yang dihadapi orang tua ketika anak-anak mereka mulai mempertanyakan atau menolak iman Kristiani. Melalui analisis yang cermat, penulis mengidentifikasi beberapa penyebab utama penolakan ini dan menawarkan saran-saran praktis bagi orang tua untuk menghadapi situasi tersebut. Dengan pendekatan yang penuh kasih dan pemahaman, artikel ini mengajak orang tua untuk tetap sabar dan terus membangun hubungan yang berarti dengan anak-anak mereka.