OBAT YANG MANJUR
Ketika saya bertumbuh dewasa, ibu saya yang adalah seorang wanita Kristen yang bijak, sering mengutip Amsal 17:22, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur." Biasanya ia mengutip ayat ini setiap kali ia menghendaki perubahan sikap saya. Akankah saya mengizinkan roh jahat meracuni pikiran saya, atau dapatkah saya bersyukur dan menikmati buah sukacita?
Ibu akan tersenyum pada saya sambil berkata, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur." Hanya itu saja. Tak ada khotbah, tak ada kuliah, hanya tujuh kata yang menunjukkan besarnya nilai kebahagiaan dari Allah, yang bisa timbul dari dalam diri kita.
Dalam Amsal 15, kita juga membaca, "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri" (ayat 13). Keadaan hati saya akan selalu tercermin lewat raut wajah saya.
Kemudian, dalam ayat 15 kita membaca bahwa, "Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta." Ketika keadaan yang ada di sekeliling diliputi keputusasaan, saya masih dapat menikmati hidangan dari meja perjamuan kasih Allah. Sebab, apa pun yang disodorkan oleh hidup ini kepada saya, Allah sanggup "memberikan sukacita kepadaku" (Mazmur 4:8).
Ibu saya yakin bahwa apabila saya berhenti berkeluh kesah dan mulai bersyukur kepada Allah atas setiap kemungkinan yang ada, saya akan memperoleh obat yang manjur, yang berasal dari hati yang gembira.
Saya pikir, ibu saya benar DCM
Rejoice in Him, again, again,
The Spirit speaks the word,
And faith takes up the happy strain:
Our joy is in the Lord. -- Peters