INGATLAH UNTUK MELUPAKAN
Manakala orang menyakiti kita, lalu meminta maaf, di bibir mungkin kita mengampuni mereka. Namun, bagai anjing yang tak mau melepaskan tulang di mulutnya, terkadang kita juga membiarkan pikiran kita terus "mengunyah" penghinaan yang pernah terjadi di masa lalu.
Dalam 1Korintus 13:5 Paulus menyatakan bahwa kasih "tidak menyimpan kesalahan orang lain." Di sini ia menggunakan istilah akuntansi yang menggambarkan pencatatan angka-angka. Kasih melakukan sebaliknya -- tidak menyimpan catatan kesalahan. Kasih justru memaafkan dan menolak menyimpannya di dalam buku.
Jika Anda ingin mengingat-ingat sesuatu, berarti Anda memikirkan kembali hal itu berulang-ulang. Seorang anak memeriksa kembali ejaan kata-katanya; seorang aktris menghafalkan kata-kata yang harus diucapkannya; Anda mengingat-ingat nama orang yang ingin Anda ingat. Namun kasih dengan sengaja dan sadar melepaskan dan menyerahkan luka lama yang ada kepada Allah.
Ada sebuah komentar tentang seorang pemimpin rohani, demikian bunyinya: "Ia tak pernah melupakan penghinaan yang ditujukan padanya, dan itu merupakan kelemahannya yang mendasar. Mungkin ia telah melupakannya untuk sementara waktu, tetapi ia memberi kesan bahwa ia masih selalu mengingat peristiwa tersebut."
Sebaliknya, ketika pendeta Metodis William Sangster mengirim kartu-kartu Natal, seorang sahabatnya mengenali nama pada salah satu kartu tersebut dan berkata, "Apakah kamu tidak ingat bagaimana ia menghinamu?" Sangster menjawab, "Oya, saya ingat, tetapi saya juga ingat untuk melupakannya." Mari kita ikuti teladannya [HWR]